Senin, 14 Januari 2013

Rancang Lensa Sonnar

Sonnar adalah susunan lensa yang dirancang oleh Dr. Ludwig Bertele (Jerman) pada tahun 1929 dan dipatenkan oleh Zeiss Ikon. Kata Sonnar sendiri diambil dari kata Sonne dalam bahasa Jerman yang berarti matahari. Sebabnya adalah lensa Sonar pada saat itu adalah lensa tercepat dengan bukaan aperture terbesar, jauh melebihi lensa-lensa lain yang ada.

Ludwig Bertele (1900-1985)

Versi pertama lensa Sonnar dengan aperture f/2 dibuat pada tahun 1932. Lensa ini terdiri dari 5 elements dalam 3 grup (triplet).

sonnar
Sonnar 50mm f/2, 1932.

Versi kedua lensa Sonnar dengan aperture f/1.5 dibuat pada tahun 1934. Lensa ini terdiri dari 7 elements dalam 3 grup (triplet), konfigurasi modified triplet. Konfigurasi ini dengan aperture f/1.5 yang menjadi termashyur di kemudian hari.

sonnar
Sonnar 50mm f/1.5, 1934.

Karakteristik dari lensa Sonnar adalah kontras yang tinggi dan imun terhadap silau, hal ini dimungkinkan dengan lebih sedikitnya penampang lensa ke udara dimana beberapa element lensa direkat menjadi satu kesatuan dengan resin balsam, sejenis resin lem organik dari pepohonan beech. Kelemahan lensa Sonnar yaitu aberration seperti contohnya field curvature, dimana plane of focus tidak rata tapi sedikit melengkung pada bagian tepi. Field curvature ini sering memunculkan impresi 3D dalam foto dimana penampang fokus terasa sedikit melengkung ke belakang, prinsipnya bagian tengah foto terfokus sempurna tapi bagian tepi foto sedikit diluar focus.

Lensa Sonar secara umum dirancang untuk focus jarak dekat sampai dekat-menengah, berbeda dengan rancangan Zeiss Distagon yang ditujukan lebih ke focus jarak jauh. Dengan demikian lensa Sonnar tidak begitu cocok untuk foto lanskap atau arsitektur, untuk foto lanskap lebih baik menggunakan lensa Zeiss Distagon dan Zeiss Planar untuk arsitektur.

Salah satu keunggulan lensa Zeiss secara umum adalah coating T* (awalnya hanya huruf T tanpa *) yang dikembangkan oleh Alexander Smakula pada tahun 1935 lalu dipatenkan oleh Zeiss Ikon. Teknologi vacuum fluorocoating ini adalah salah satu rahasia perang Nazi. Pada saat perang dunia ke-2 dimulai, Jerman Nazi memiliki teknologi optik yang tercanggih, dimana digunakan di periskop kapal selam Nazi (U-boat) dan field binocular (teropong). Dengan coating ini maka light-loss (luruh cahaya) menjadi jauh lebih sedikit, efeknya adalah teropong yang lebih terang. Pasukan komando Sekutu suka menggunakan teropong Zeiss hasil rampasan karena memiliki kualitas jauh diatas teropong milik Sekutu. Coating lensa Zeiss ini memberikan bias keunguan pada lensa bila diterawang pada sudut.

Zeiss 50mm f/1.5 Sonnar (Contax RF mount)

Leitz (Leica) sendiri baru mulai menggunakan teknik drip-coating pada lensa Xenon pasca perang dunia ke-2. Hasil dari eksperimen Leitz ini adalah lahirnya lensa Leica Summarit 50mm f/1.5 pada tahun 1949. Rancang Xenon sebenarnya adalah turunan dari rancang Planar, yang dipatenkan oleh Zeiss Ikon, hasil rancangan Dr. Paul Rudoplh pada tahun 1896.

Teknologi coating Leitz pada jaman 1950an sampai awal 1960an masih merupakan soft coating yang dimana gampang aus bila tidak hati-hati saat dibersihkan.

Rancang bangun Sonnar banyak dijiplak oleh pihak lain pasca perang dunia ke-2. Pihak Rusia yang meng-invasi Jerman membawa banyak peralatan pabrik Zeiss Ikon di Jena, berikut sisa stok lensa kembali ke kota Krasnogorsk, dekat Moskow. Disana Rusia menjiplak design Sonnar tersebut dan diproduksi di pabrik KMZ dengan merk Jupiter. Coating lensa hasil jiplakan Soviet cenderung kebiruan, bukan keunguan seperti aslinya Zeiss. Beberapa ilmuwan optic Zeiss dan pekerja pabrik juga dibawa paksa ke Rusia. Tiruan Zeiss Sonnar oleh Rusia berkualitas rendah secara optic dan rumah lensa terbuat dari metal campuran berkualitas rendah, bukan kuningan lapis chrome seperti asli buatan Zeiss.




Zeiss Ikon pasca Perang Dunia kedua terpecah menjadi dua perusahaan, yaitu Zeiss Opton di Oberkochen, Jerman Barat (Sekutu) dan Zeiss Jena di Jena, Jerman Timur (Soviet). Kedua perusahaan ini berdiri sendiri dan tidak ada hubungan kerja diantara mereka. Teknologi di Zeiss Jena cenderung stagnan sedangkan Zeiss Opton menyempurnakan teknologi coating T* mereka, mengembangkan rancang bangun lensa Distagon, Biogon, dan sistem fokus Floating Element.


Jupiter 50mm f/1.5 Sonnar

Pihak lain yang menjiplak design Sonnar adalah pihak Jepang. Sesudah akhir perang dunia ke-2, Nippon  Kogaku (Nikon) menggunakan design Sonnar dalam beberapa lensa mereka untuk kamera rangefinder Nikkor . Lensa Nikkor paling terkenal adalah lensa 50mm f/1.4 (7 elements 3 grup) dan 50mm f/1.5 (6 elements 3 grup) yang dibuat sekitar tahun 1950an, semuanya menggunakan design Sonnar. Kedua lensa tersebut juga dilapis lens coating jiplakan formula Zeiss. Zaman sekarang lensa-lensa ini sudah merupakan collector item dengan harga tinggi melebihi harga aslinya.

Pihak Jepang kemudian memperbaiki formula coating Zeiss yang didapat dari pihak Sekutu. Formula aslinya menghasilkan coating dengan kekerasan Medium. Namun Jepang berhasil mengembangkan formula baru yang menghasilkan coating dengan kekerasan High yang dimana lebih awet dan tahan aus. Lensa Nikkor 50mm f/2 LTM (1948) generasi awal diberi marking H.C. yang menandakan Hard Coating.


Nikkor 50mm f/1.4 SC (LTM & Nikon S-mount)

Kwanon (Canon) juga menggunakan design Sonnar pada lensa mereka yaitu 50mm f/1.5 (7 elements, 3 grup) yang dibuat sekitar tahun 1950an untuk kamera rangefinder Canon.

Canon 50mm f/1.5 LTM

Pasca perang dunia ke-2, Pihak Sekutu memberikan formula lens coating Zeiss kepada Jepang. Hal ini banyak membantu Jepang dalam melanjutkan pengembangan teknologi  lens coating mereka yang mulai digunakan pada akhir tahun 1940an.

Pasca perang dunia ke-2, lensa dan kamera Zeiss banyak dibawa ke Amerika. Hollywood pada saat itu sangat menyukai lensa Zeiss Sonnar. Sebabnya adalah portrait artis-artis yang dibuat dengan lensa Zeiss Sonnar memberikan semacam pendar pearly glow yang identik dengan portrait glamour artis-artis Hollywood pada saat itu. Sejak itu lensa Sonnar menjadi legenda lensa portrait.

Secara teknis mungkin design Sonnar tidak sesempurna design lain seperti Zeiss Planar, atau Leitz Double-Gauss modified. Namun lensa Sonnar memiliki karakter tersendiri yang sangat khas dan sering digunakan oleh fotografer ulung yang mengerti keunggulan lensa ini untuk foto yang bersifat spesifik.

Beberapa contoh lensa Sonnar modern adalah sbb:
- Zeiss 50mm f/1.5 ZM (M-mount), masih produksi, sejak 2004, made in Japan oleh Cosina.
- Zeiss 85mm f/2 ZM (M-mount), produksi tahun 2000-2008, harga lensa baru saat itu adalah US$3.000, made in Germany oleh Zeiss.
- Zeiss Contax 85mm f/2.8 (C/Y mount), sekitar tahun 1975-1980, stop produksi, made in Germany oleh Zeiss, dan made in Japan oleh Yashica.

Zaman sekarang nama Sonnar tidak selalu menandakan bahwa suatu lensa dirancang dengan formula Sonnar. 

Lensa Sony Carl Zeiss Sonnar 24mm f/1.8ZA (Sony Alpha mount) juga bukan merupakan lensa Sonnar akan tetapi menggunakan konfigurasi 8 elements dalam 7 grup. Konfigurasi ini lebih mendekati formula Zeiss Distagon. Jadi nama Sonnar digunakan hanya sebagai bagian dari marketing campaign.


Updated: 
15 Feb 2013.
14 Maret 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar